/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Jumat, 05 Juni 2015

NOT FRIEND OF MY

Seperti biasa, lari dari kenyataan, sembunyi dibalik kepalsuan, menderita dalam rasa sakit, berkembang bersama kebencian, melupakan rasa dan makna dari cinta, dingin, keras, diam, penuh namun hampa. Hidup gue gajauh dari itu.


Gue pikir gue bakal jadi kristal es; dingin, keras, indah, walau jarang tersentuh namun bisa digunakan sebagai perhiasan; tapi gue ternyata salah. Gue lebih mirip bumi, orang berada padanya cuman karena ada maunya, bahkan ada yang sengaja menghancurkannya demi kesenengannya sendiri, berpikir untuk meninggalkan bumi dan mencari planet yang layak huni, yang peduli pada bumi hanya secerca manusia yang tak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang merusaknya, mengeksploitasinya, memperdayainya.
Manusia-manusia yang membentuk kehidupan gue selama ini, semua manusia yang gue kenal terutama orang tua, tidak dapat benar-benar gue percayai. Terbukti dari bagaimana orang melihat gue, dan gue yang merefleksikan mereka dalam pandangan mereka. Rasanya mempercayai orang yang gak gue kenal lebih mudah dari pada mencurigai orang yang gak gue kenal, tapi lebih mudah untuk mencurigai orang yang gue kenal daripada mempercayai mereka.
Entah kenapa semenjak gue kehabisan air mata, gue gabisa lagi memaafkan. Yang bisa gue lakukan cuman memendamnya menjadi kebencian. Gue pernah denger bahwa manusia bertumbuh bersama dengan rasa sakit, tapi gue baru tau apa itu rasa sakit setelah gue gabisa lagi menangis.
Cinta dan benci katanya dua sisi koin yang saling memunggungi, koin yang sama hanya saja menghadap kearah yang berbeda, tapi gue cuman mengenal kebencian, bahkan kebencian itu telah menjadi bahan bakar dari keinginan gue, rasa ambisi gue. Sedangkan cinta? Yang ada dipikiran gue cuman beberapa teman dan idol gue semata.
Kenapa idol? Karena gue hobi ngidol. Ya rasa cinta yang amat sangat kepada idol gue, JKT48, membuat gue masih tetap hidup sampai sekarang ini. Mereka memberikan gue cinta, motivasi, dan yang terpenting semangat hidup. Setidaknya gue bisa lepas dari deskripsi kehidupan gue yang di paragraf 1 untuk sementara ketika gue ngeliat mereka. Bahkan dalam kondisi gue yang gimanapun ancurnya, stressnya, dengan melihat foto Melody-pun sudah bisa membuat gue tersenyum.
Teman itu............ yang pasti rata-rata temen gue kampret, itupun yang bener-bener gue anggap temen Cuma sedikit, sampai-sampai gue berpikir bahwa yang gue anggep temen juga nganggep gue gitu. Sayangnya, seperti yang gue ceritakan diatas, gue seperti bumi. Bajingan-bajingan biadab yang gak pantas untuk gue sebut kampret memperdaya gue. Hina! Tidak, bahkan lebih dari hina. Obito bilang “mereka yang meninggalkan teman itu lebih dari sampah” maka gue pun berani bilang bahwa meraka yang memperdaya teman bahkan menginjak kepala temanya demi menuju atas lebih hina daripada sampah
Gue berani bilang bahwa gue adalah pendengar yang baik. Gue gak terlalu hobi cerita, walaupun gw lagi banyak ide ataupun lagi ada yang mau gue sampaikan, terbukti sampe saat ini proyek novel gue gak keurus dan gue cuman berani ngetik atau nulis daripada cerita secara lisan keseorang teman tentang hal yang seorang gideon rasakan atau pikirkan. Gue sejujurnya gasuka dengan keadaan ini, makanya gue masuk kelas bahasa, maksud gue untuk memperbaiki cara komunikasi gue, eh..... bukannya jadi pinter ngomong gue malah makin takut salah ngomong. Kalo ngetik atau nulis kan enak tuh bisa di coret, tipe-ex, hapus, pencet tombol “Backspace”.
Sebetulnya gue mau cerita tentang sakit hati yang gue alamin, tapi rasanya semakin gue ceritain semakin geram rasanya, gak di ceritain rasanya gue mau mengumpat kata-kata kasar yang membuat gue makin naik darah. Jadi gue bingung sendiri, sedih rasanya beginini, untungnya aer mata gue udah habis jauh sebelum halini terjadi, jauh sebelum kebrengsekan gue terungkap malah. Yang pasti gue tau gimana rasanya ditusuk dari belakang, gak cuman ditusuk malahan digorok, dibacok pula, dan pelakunya adalah orang yang dulu gue anggap temen(sumpah nulis ini rasanya gue mau nonjok layar monitor tapi gue lebih sayang sama laptop gue). But he is not friend of my, gue gapunya temen yang kek begitu.
Sebelumnya temen gue(bener bener temen gue, temen yang kampret), pernah cerita kalo dia merasa bahwa dia di tikam dari belakang sama sohibnya(bukan gue, bukan temen gue, intinya gue bneran gak kenal sama sohibnya). Dia cerita segala macem tentang sohibnya yang didepan dia baek, temenannya dari sd, biasanya be-2an mulu, saling nginep dirumah ke-2nya, tau segala macem tentang dia, eh taunya sohibnya ini khianat. Yang segala dia di jelek jelekin diblakangnyalah(bagian ini gue tau), cowonya(si temen gue ini cewe) mau ditikungnyalah, macem-macemlah. Gue sendiri bingung knapa dia cerita gitu sama gue yang notabene gak kenal sama sohibnya dan kita temenan juga baru kenal pas sma. Disitu gue berpikir kalo dia orangnya gampang percaya sama orang, jadi gue suruh dia untuk lebih hati-hati, jangan mudah percaya orang. Tapi saat ini gue sadar, gue yang sebetulnya perlu omongan itu, harusnya gue gak cuman ngomong ke temen gue ini tapi juga ngomong ke cermin biar cermin itu ngomong ke gue seperti itu.
Lalu gue pun murung, gue merenung, awan pun mendung. Sekarang posisi gue seperti temen gue ini, bisa bisanya kesalahan orang yang gue nasehatin malahan gue rasain. Bodohnya gue gak bisa ngambil kesimpulan dari kebodohan orang yang seharusnya bisa gue jadikan pelajaran agar gue terhindar dari hal seperti itu.
Ada 1 pertanyaan yang tersisa di kepala gue, bukan kenapa gue begitu bodoh, kenapa orang kayak begitu gak mati aja? Mahluk semodel itu tuh nyumpekin bumi gak ada gunanya. Bayangkan sebuah kalo ada sebuah desa yang damai, di desa itu ada pemimpin yang baik hati, pemimpin yang baik hati punya temen “mahluk semodel itu” tapi si pemimpin gatau kenyataannya. Si “mahluk semodel itu” mau mimpin desa itu juga, dipitnahnya si pemimpin desa dan penduduk percaya sehingga pemimpin desa jadi di adili dan di hukum, saking malu dan sakit hatinya si pemimpin desa ini sakit dan mati. Anak pemimpin desa gak terima dengan perbuatan si “mahluk semodel itu”, di  kudeta lah si “mahluk semodel itu” yang notabene sudah menjadi pemimpin desa oleh anak pemimpin desa sebelumnya. Hal semodel ini bisa menimbulkan perang.

Jadi untuk semua “mahluk semodel itu” di seluruh muka bumi. Terutama untuk anda bajingan yang ternyata ngebacok gue dari belakang. Gue mau mengucapkan ini
“Yang lebih dari sampah adalah yang ninggalin temennya demi misi, kata obito uchiha. Yang lebih dari sampah itu lebih baik dari kalian yang ngebacok temen sendiri dari belakang, HINA. Jadi mending lu mati aja.” Oh iya gue lupa gue pernah bilang “mati aja lu” pada anda, tapi kali ini serius, mahluk semodel itu lebih baik mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar